ALur Cerita Naruto 623
"Pemandangan"
By: Masashi Kishimoto
Translate By: Beelzeta
Meski usianya masih begitu belia, Hashirama kecil sudah bisa
berpikir mengenai merubah dunia tempatnya berada, dunia Shinobi yang
menurutnya keliru. Selain Hashirama, ternyata ada lagi bocah lain yang
berpikir tentang merubah dunia. Bocah itu tak lain adalah Madara. Tapi
daripada terkejut atau semacamnya, Hashirama malah berpikir kalau Madara
adalah teman yang hebat.
"Yah, aku bisa mengerti dirimu bahkan tanpa melihat bagian dalam
dirimu." ucap Madara. "Maksudmu?" Hashirama tak mengerti, dan kemudian
Madara berkata, "Lihat saja pakaian dan gaya rambutmu, kau payah."
Yah, mereka memang tidak memiliki pikiran yang sama dalam segala
hal. Setelah kejadian itu, mereka terus mengadakan pertemuan-pertemuan,
dan tetap tanpa mengungkap nama lengkap mereka.
Pada pertemuan itu, mereka saling bertarung, saling menunjukkan
teknik shinobi mereka masing-masing, berlatih untuk menjadi lebih kuat
sekaligus bersaing. Madara kecil memukul Hashirama, begitu juga
sebaliknya. Mereka saling pukul dan terjatuh.
"Taijutsu dan kumitemu bagus juga. Kau bahkan bisa seri melawanku."
ucap Madara. Tapi, Hashirama tak setuju, "Seri apanya? Aku masih
berdiri." ucap anak itu. Dan memang benar, Hashirama masih berdiri
setelah menerima pukulan tadi. Tapi kemudian, batu kecil mengenai
kepalanya dan ia terjatuh. "Apa katamu barusan?" sindir Madara kecil.
Lelah bertarung, merekapun beristirahat, duduk sambil membicarakan
masa depan. "Masalahnya, bagaimana bisa kita mengubah sesuatu? Aku
bahkan tak bisa membayangkan pemandangan masa depan yang bagus itu."
ucap Hashirama. "Pertama-tama. kau harus berpegang teguh pada
idialismemu dan menjadi lebih kuat." ucap Madara, "Kalau kau lemah, tak
akan ada yang mau mendengarmu." lanjutnya.
"Benar juga. Kalau kita bisa menguasai banyak jutsu dan menjadi
lebih kuat, orang dewasa pasti tak akan menghiraukan kita lagi." ucap
Hashirama. "Kau harus melampaui kelemahan dan jutsu yang tak kau
kuasai." ucap Madara, "Yah, aku sendiri sudah lebih kuat dari pada
rata-rata orang dewasamu tentang itu." lanjutnya.
Madara kemudian turun ke sungai, dan buang air kecil. Mula-mula,
air yang keluar cukup lancar. Namun mendadak, ia gemetar dan airnya tak
mau mengalir. "Jadi benar ya kau tak bisa ..."
"Sudah kubilang kan jangan berdiri di belakangku!!!!" bentak Madara.
"Aha, aku menemukan kelemahanmu." ucap Hashirama. "Akan kulempar
kau ke tempat aku pipis!!" bentak Madara. Semakin sering mereka bertemu,
mereka menjadi semakin dekat dan akrab.
Suatu ketika, Hashirama kecil datang dengan suatu berita, "Madara,
aku punya jutsu baru yang luar biasa!! Ayo kita kuasai bersama-sama!!"
ucap Hashirama. "Heh? Jutsu macam apa?" tanya Madara. Kemudian Hashirama
menjelaskan, "Sebuah Taijutsu rahasia, teknik elemen api super genjutsu
pemotong kunai besar tetes ganda."
"Uhm ... aku tidak mengerti." ucap Madara.
"Hmm, gimana ya cara menjelaskannya, oh ya, itu ..."
"Cukup!!" bentak Madara, "Hari ini kita akan bersaing lomba balap
panjat tebing." ucapnya. Hashirama mendadak depresi. "Hei hei, jangan
selalu depresi seperti itu, itu kelemahanmu." ucap Madara. Namun
tiba-tiba, Hashirama bangun dan berlari naik bukit. "Ahaha, aku
pertama!!" teriak Hashirama.
"Hei, curang!! Kau menipuku!!" teriak Madara dan kemudian
mengejarnya. Pada akhirnya, Hashirama sampai di puncak terlebih dahulu.
"Aku menang!!" ucapnya. "Tentu saja, kau mulai lebih dulu." ucap Madara.
Di atas bukit itu, mereka duduk, sambil melihat pemandangan hutan.
"Kau bisa melihat pemandangan seluruh hutan dari sini." ucap
Hashirama. "Yah, kau bisa melihat kejauhan dari sini. Tapi, aku yakin
kalau masalah melihat, kau pasti tak akan bisa mengalahkanku. Mau
bersaing?" tantang Madara. "Eh? Kenapa tiba-tiba? Kelihatannya kau
begitu bangga pada matamu?"
"Tentu saja! Aku memiliki sha ..." Mendadak Madara diam. "Ada apa?"
tanya Hashirama. "Tidak. Pada akhirnya, aku tidak sehebat itu." ucap
Madara. "Eh? Aneh sekali kau berbicara seperti itu." ucap Hashirama.
Kemudian Madara kembali berkata, "Kalau saja aku hebat, pastinya
saudaraku tidak akan mati. Aku bahkan tak mampu melindungi mereka ..."
Hashirama teringat akan Itama, dan kemudian mengerti bagaimana
perasaan Madara. Hashirama lalu bertanya, "Apa kau masih punya saudara
tersisa?" Madara menjawab, "Ya, aku masih memiliki seorang adik. Dan aku
akan melindunginya apapun yang terjadi."
"Ya!!" Hashirama mendapat suatu ide, "Ayo kita buat perkampungan
kita di sini! Ayo kita buat tempat dimana anak-anak tak akan perlu
saling membunuh!! Lalu kita membangun sekolah dimana mereka akan diajari
untuk menjadi lebih kuat!! Kemudian misi akan diberikan berdasarkan
kemampuan. Para senior melakukan misi berbahaya, sementara anak-anak tak
akan dikirim ke misi yang membahayakan nyawa mereka!!"
"Haha, kau satu-satunya yang punya ide bodoh seperti itu." ucap
Madara. "Lalu, apa idemu?" tanya Hashirama. "Yah, itu, setelah kita
membangun perkampungan itu, aku akan mengawasi adikku dari sini." jawab
Madara. Kemudian, mereka saling tersenyum.
"Ya!!" Hashirama mendapat suatu ide, "Ayo kita buat perkampungan
kita di sini! Ayo kita buat tempat dimana anak-anak tak akan perlu
saling membunuh!! Lalu kita membangun sekolah dimana mereka akan diajari
untuk menjadi lebih kuat!! Kemudian misi akan diberikan berdasarkan
kemampuan. Para senior melakukan misi berbahaya, sementara anak-anak tak
akan dikirim ke misi yang membahayakan nyawa mereka!!"
"Haha, kau satu-satunya yang punya ide bodoh seperti itu." ucap
Madara. "Lalu, apa idemu?" tanya Hashirama. "Yah, itu, setelah kita
membangun perkampungan itu, aku akan mengawasi adikku dari sini." jawab
Madara. Kemudian, mereka saling tersenyum.
Setelahnya tempat itu menjadi desa Konoha. Waktu itu, Hashirama
membuat keputusannya. Ia memilih untuk menentang segala peraturan yang
menurutnya salah pada saat itu, untuk membuat idealismenya menjadi
kenyataan.
Madara dan Hashirama berada di dua sisi sungai yang saling
berlawanan, dan melempar batu pada masing-masing sebelum berpiah. "Kita
berdua sama-sama bisa ampai di sisi lain." ucap Hashirama. "Batu itu
batu yang bagus untuk dilempar, kau bisa terus memilikinya sampai
pertemuan kita selanjutnya." ucap Madara, dan kemudian mereka
benar-benar berpisah, kembali ke perkampungan klan masing-masing.
Baru saja Hashirama sampai, adiknya, Tobirama sudah langsung
memanggilnya. "Kakak, aku ingin bicara denganmu." Tobirama mengajak
kakaknya untuk bertemu dengan ayah mereka dan bicara.
"Belakangan ini, kau sering menemui seorang bocah, kan." ayah
Hashirama tahu. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Hashirama. "Ayah
menyuruhku untuk membuntutimu. Kemampuan melacakku lebih baik darimu.
Belakangan ini, kau sering keluar, itu mencurigakan." ucap Tobirama.
"Aku sudah mencari informasi mengenai anak itu. Ia berasal dari
klan Uchiha." ucap ayah Hashirama. "Dia bahkan membunuh beberapa shinobi
berpengalaman dari klan kita. Kelihatannya dia adalah shinobi yang
memang berbakat sejak lahir."
Hashirama terdiam. Dalam hati ia berpikir, "Jadi benar ya."
"Melihatmu tidak terkejut, aku rasa kalian sudah saling mengetahui
klan masing-masing?" "Tidak, aku baru tahu. Dan sepertinya ia belum tahu
tentangku." ucap Hashirama. Kmudian ayahnya kembali berbicara, "Kau
tahu apa artinya itu, kan? Aku masih belum membicarakan ini dengan
anggota lain klan kita. Kalau kau tak mau dianggap sebagai mata-mata,
lain kali kalau kau bertemu dengan anak itu lagi, buntuti dia. Kemudian,
bawa informasi mengenai klan Uchiha. Ini adalah misi. Kalau dia sampai
menyadarinya, bunuh dia."
Hashirama tertegun. Kemudian bertanya dengan sedikit terbata-bata, "A-apa benar dia dari klan Uchiha?"
"Ya." jawab ayahnya. "Kalau dia sampai menyadari kalau kau dari
klan Senju, mungkin dia hanya berpura-pura untuk tidak mencuri informasi
kita darimu. Jangan percaya padanya."
"Tidak, dia tak pernah ..."
"Kau tak bisa mengetahui bagaimana perasaan asli seseorang." ucap
ayahnya. "Kalau benar kau hanya ditipunya, berarti kau telah menempatkan
klan Senju pada bahaya yang besar. Tobirama dan aku aku bersama
denganmu untuk meyakinkan. Mengerti?"
Setelah percakapan itu, Hashirama mulai kepikiran. Siang malam ia
terus memikirkan hal tersebut, sambil melihat batu pemberian Madara.
Akhirnya, mereka berdua kembali bertemu. Madara dan Hashirama telah
sama-sama berada di sisi sungai yang berlawan. "Pertama-tama, ayo
melempar batu sebagai ucapan salam." ucap Madara. "Ya." Hashirama
mengambil batu dari bajunya, begitu juga dengan Madara. Mereka lalu
saling melempar. Namun ketika menerimanya, mendadak raut wajah mereka
berubah.
Mendadak, Madara ingin pulang. "Maaf ya, Hashirama, aku baru ingat
kalau aku harus melakukan sesuatu." Hashirama mengerti, kemudian
berkata, "Begitu ya, kalau begitu aku juga akan pulang."
Mereka membalikkan badan, dan tiba-tiba berlari sekuat tenaga.
Ternyata, di batu yang mereka lempar tadi, sama-sama terdapat pesan yang
berbunyi, "Larilah, ini jebakkan."
Dari balik pohon, ayah Hashirama dan Tobirama yang mengawasi
menjadi kaget. "Kecepatan itu, apa ia berencana untuk kabur!? Hashirama
pasti memberitahunya. Ayo kita maju, Tobirama!!" perintah yang ayah.
"Ya!" jawab Tobirama. Mereka keluar dari persembunyian dan mulai
bergerak.
Akan tetapi, yang punya rencana seperti itu memang bukan hanya dari
pihak Senju, melainkan juga dari pihak Uchiha. Dari sisi Hashirama,
ayahnya dan Tobirama muncul. Sementara dari sisi Madara, Uchiha dewasa
(kemungkinan ayahnya), dan Izuna muncul. Mereka saling berhadapan.
"Jadi kita memiliki rencana yang sama ya, Butsuma Senju." ucap Uchiha dewasa itu. "Dan Tobirama." ucap Izuna.
"Kelihatannya memang begitu, Tajima Uchiha." ucap ayah Hashirama. "Dan Izuna." ucap Tobirama.
Senju dan Uchiha, pertarungan yang tak bisa dihindari akan dimulai.
Berbeda dengan Hashirama dan Madara, orang dewasa dan adik mereka itu
tak akrab sama sekali.
Bersambung ke Naruto Chapter 624
Tidak ada komentar:
Posting Komentar